Teknik Produksi Benih Padi


Benih Padi
Teknik Produksi Benih Padi  ~ Teknik Produksi Benih Padi Padi di Indonesia masih merupakan tanaman pangan utama yang dikonsumsi tidak kurang dari200 juta penduduk. Jika konsumsi beras rata-rata 130,5 kg/kapita/th maka total kebutuhan beras 26,1 juta
ton/th. Bila rendemennya 70% maka kebutuhan padi Indonesia per tahun adalah 37,3 juta ton padi kering giling. Luas lahan yang diperlukan untuk menghasilkan kebutuhan padi tersebut minimal 8 juta ha jika produktivitas rata-rata per hektar 4,5 ton. Dengan demikian, kebutuhan benih padi Indonesia per tahun 200 ribu ton jika kebutuhan benih padi per hektar 25 kg. Di Indonesia, kebutuhan benih padi dipenuhi oleh dua industri benih padi terbesar, yakni PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani. Menurut catatan Ditjentan Pangan (1999), belum seluruh kebutuhan benih padi terpenuhi, baru berkisar 30-40% saja benih bersertifikat yang tersedia. Oleh karenanya, peluang berusaha di sektor penangkaran atau industri benih padi di Indonesia masih cukup terbuka.
Padi umumnya diusahakan secara terus menerus pada lahan yang sama dengan varietas yang berbeda-beda antar-musimnya. Hal ini menjadi salah satu faktor sulitnya membebaskan lahan padi dari tanaman voluntir serta serangan hama dan penyakit, kecuali jika lahan ini diberakan selama beberapa kali musim tanam. Padi tergolong tanaman yang menyerbuk sendiri dan kemungkinan untuk menyerbuk silang sangat kecil (<4%). Isolasi jarak yang disarankan 3 m, sedangkan isolasi waktu sekitar 30 hari Untuk dapat mengelola produksi benih padi bersertifikat terdapat beberapa proses yang harus dilakukan dengan seksama dan teliti

Untuk mendapatkan benih bersertifikat, setiap tahap budidaya perlu diperhatikan, dimulai dari kegiatan sebelum panen.
Persyaratan berikut perludiperhatikan pada saat memilih lahanadalah sebagai berikut:
1. Lahan hendaknya merupakanbekas tanaman lain atau lahanyang diberakan,
2. Lahan dapat bekas tanaman padi, asalkan varietas yang ditanam sama dengan varietas yang ditanam sebelumnya,
3. Ketinggian lahan disesuaikan dengan daya adaptasi varietas tanaman, umumnya padi beradaptasi di dataran rendah,
4. Lahan relatif subur, Ph 5,4-6, dan memiliki lapisan keras sedalam 30 cm agar sawah tidak lekas kering.
b. Benih Sumber


Benih sumber yang digunakan hendaknya dari kelas yang lebih tinggi. Kebutuhan benih sumber per hektar diperkirakan sebanyak 10 kg benih penjenis untuk menghasilkan benih dasar, 25 kg benih dasar untuk menghasilkan benih pokok; dan 25 kg benih pokok untuk menghasilkan benih sebar. Varietas yang ditanam hendaknya selain disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, memperhatikan pula aspek

kecocokan lahan, umur tanaman, dan ketahanan terhadap hama serta penyakit.




Padi termasuk tanaman yang dapat tumbuh dalam genangan. Namun, padi juga dapat ditanam di lahan kering asalkan air cukup tersedia. Oleh karena itu, padi dapat ditanam pada musim hujan maupun musim kemarau, selama air tersedia cukup.
Ukuran bedeng pesemaian umumnya 5% dari luas lahan penanaman. Misalnya, lahan penanaman direncanakan seluas satu hektar maka bedengan persemaian yang diperlukan sekitar 500m2. Sebelum diolah, lahan persemaian diairi lebih dahulu agar tanah menjadi gembur. Keesokan harinya, lahan dicangkul dan dibuat bedengan dengan ukuran lebar 120- 150 cm, panjang 8-10 m atau tergantung bentuk petakan, dan ketinggian 15-20 cm. jarak antar bedengan dibuat selebar 30 cm.Benih yang digunakan
sebaiknya mempunyai kadar air 11-12%. Sebelum disebarkan, benih (dalam karung) direndak di dalam kolam atau air yang mengalir selama 24 jam untuk mematahkan domansi dan membersihkan benih dari
patogen. Setelah itu, benih diberi perlakuan fungisida, misalnya Benlate F-20 dengan dosis 125 g per 25 kg benih. Selanjutnya, benih diperam dalam air selama 24 jam untuk memacu perkecam-bahan. Lokasi tempat memeram sebaiknya dipilih tempat yang teduh.
Setelah itu,permukaan lahan ditutup dengan sekam padi varietas yang sama. Penutupan dengan sekam ini ditujukan untuk melindungi benih padi dari terpaan hujan maupun angin.